4 anak mutiara hitam berprestasi di kancah internasional

Ane acungin 100 Jempol buat pemuda-pemudi dari Papua yg dengan luar biasanya membawa harum Bangsa dengan Prestasi-prestasiny yang luar biasa



Septinus George Saa (lahir 22 September1986) Mutiara Hitam dari Papua adalah seorang pemenang lomba First Step to Nobel Prize in Physics pada tahun 2004 dari Indonesia. Makalahnya berjudul Infinite Triangle and Hexagonal Lattice Networks of Identical Resisto.

Spoiler for Septinus George Saa:

Ini adalah perlombaan bergengsi bagi sekolah tingkat menengah seantero jagad selain Olimpiade Fisika. Kompetisi yang digagas Waldemar Gorzkowski 10 tahun silam ini mewajibkan pesertanya melakukan dan menuliskan penelitian apa saja di bidang fisika. Hasil penelitian tersebut kemudian dikirimkan dalam bahasa Inggris ke juri internasional di Polandia. Sementara dalam Olimpiade Fisika, para perserta diwajibkan mengerjakan soal-soal fisika dalam waktu yang sudah ditentukan. Pada kompetisi "First Step to Nobel Prize in Physics" tersebut hasil riset Septinus George Saa tidak menuai satu bantahan pun dari para juri.

Oge, demikian panggilan akrabnya, menemukan cara menghitung hambatan antara dua titik rangkaian resistor tak hingga yang membentuk segitiga dan hexagon. Formula hitungan yang ia tuangkan dalam papernya "Infinite Triangle and Hexagonal Lattice Networks of Identical Resistor" itu mengungguli ratusan paper dari 73 negara yang masuk ke meja juri. Para juri yang terdiri dari 30 ahli fisika dari 25 negara itu hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk memutuskan pemuda 17 tahun asal Jayapura ini menggondol medali emas.

Paper Oge yang masuk lewat surat elektronik di hari terakhir kompetisi itu dinilai orisinil, kreatif, dan mudah dipahami. Tak berlebihan jika gurunya Profesor Yohanes Surya mengatakan formula Oge ini selayaknya disebut George Saa Formula.

Kemenangan Oge mengikuti jejak para jenius Indonesia sebelumnya. Lima tahun lalu I Made Agus Wirawan dari Bali juga meraih medali emas pada kompetisi serupa.

Oge adalah putera asli Papua. Tanah kelahirannya, di ujung timur Indonesia, hingga kini tak usai dilanda konflik. Lima orang presiden yang datang dan pergi selama 59 tahun Indonesia merdeka tak pernah berhenti berjanji meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bumi cendrawasih sana. Tapi janji hanya janji. Kemunculan Oge di panggung internasional seperti mengingatkan bahwa ada mutiara-mutiara bersinar yang perlu mendapat perhatian di kawasan timur Indonesia.

Oge lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya, Silas Saa, adalah Kepala Dinas Kehutanan Teminabuhan, Sorong. Oge lebih senang menyebut ayahnya petani ketimbang pegawai. Sebab, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Silas, dibantu isterinya, Nelce Wofam, dan kelima anak mereka, harus mengolah ladang, menanam umbi-umbian.

Sepulang dari Polandia nanti, Oge sudah memutuskan untuk mengambil studi S1-nya di Indonesia di Jurusan Fisika Universitas Pelita Harapan. Meski sejumlah tawaran bantuan terus mengalir kepadanya untuk melanjutkan studi di luar negeri, di antaranya dari Group Bakrie dan Freeport, Oge merasa belum siap untuk meninggalkan tanah air.(Diolah dari Kompas 27 Juni 2004)





Annike Nelce Bowaire (kiri gambar) adalah pelajar SMUN 1 Serui di Papua, Indonesia yang berhasil meraih medali emas atas makalahnya yang berjudul Chaos in an Accelerated Rotating Horizontal Spring di lomba fisika dunia, The First Step to Nobel Prize in Physics (FS) pada tahun 2005.

Spoiler for Annike Nelce Bowaire:
Makalah gadis berusia 17 tahun ini tentang sistem kompleks (chaos) menenggelamkan hasil penelitian ratusan siswa tingkat SMA dari 23 negara peserta FS ke-13 pd 2005.Dalam usianya yang masih sangat remaja, baru saja lulus SMP, Anike telah membuat keputusan besar untuk mengikuti pelatihan Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) di Serpong, Tangerang.Peluang itu didapatnya ketika dia lolos seleksi tingkat kabupaten dan provinsi pd April 2003 lalu.Anike akhirnya merealisasikan idenya dgn menyusun makalah berjudul Chaos in an Accelerated Rotating Horizontal Spring.Ketika dinyatakan masuk lima besar tim FS Indonesia, Anike belajar tentang chaos di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia.Setiap hari selama Februari 2005 Anike berkutat di laboratorium TOFI di Puspitek Serpong, didampingi dosen jurusan fisika Institut TEKNOLOGI Bandung (ITB) Prof Teddy Wiguna."Setiap hari, mulai pukul 08.00 sampai pukul 02.00 malam," katanya.

Anike ingin membuktikan keberadaan fenomena chaos dalam getaran pegas yang berputar mendatar itu.Dia ingin membuktikan keberadaan gerakan seolah-olah acak (seemingly random) pegas horizontal tetap berada pd tepi chaos (edge of chaos), yaitu daerah di antara daerah yang teratur (order) dan tidak teratur (disorder).

Chaos atau power law tak hanya menarik kalangan fisikawan, tapi juga ekonom.pd 1963, ilmuwan fraktal Benoit Mandelbrot menganalisis fluktuasi harga yang terjadi dalam pasar komoditas kapas dan menemukan adanya perilaku yang mengikuti aturan power law, yaitu keteraturan dalam fluktuasi harga komoditas kapas.Peneliti Gopikrishnan juga menemukan "keteraturan" dalam fluktuasi harga saham dgn jumlah data sampai 40 juta.Bahkan, peraih hadiah Nobel Fisika Murray-Gellmann menemukan bahwa populasi kota di dunia mengikuti prinsip power law.

Bedanya, mereka menganalisis fenomena itu dgn model pegas yang diayun vertikal, bukan model pegas horizontal (Bowaire's model).

"Chaos memang dapat diaplikasikan luas, mulai tetes air dari keran, sistem biologi, peramalan cuaca, Rossby Waves pd ilmu pelayaran, hingga peramalan harga saham di bursa efek.Tapi saya belum meneliti sejauh itu.Saya baru membuktikan kalau pegas horizontal juga bisa membuktikan keberadaan chaos," katanya tersenyum.




Andrey Awoitauw
peraih medali emas olimpiade sains nasional dan mengalahkan juara internasional dari jakarta Ivan Kristanto

Spoiler for Andrey Awoitauw:
seorang anak dari papua yang pertama kali ditanya 1/2 + 1/3 = 1/5 yang bernama Andrey Awoitauw
anak itu dibawa ke jakarta dan digembleng selama 8 bulan penuh dri jam 7 pagi hingga jam 2 pagi setiap hari
mau tau apa yang terjadi?

setahun kemudia di tahun 2004 ia meraih medali perak olimpiade sains nasional

rupanya prestasi itu masih belum memuaskan, lagi2 selama 8 bulan ia digembleng dan selalu di motivasi
"ingat, tahun depan kamu pasti mengalahkan juara dunia"
"ingat, tahun depan kamu pasti mengalahkan juara dunia"

dan apa hasilnya?
tahun 2005 ia meraih medali emas olimpiade sains nasional dan mengalahkan juara internasional dari jakarta Ivan Kristanto



Rudolf Surya Bonay, putra asal Papua yang sudah mengharumkan nama bangsa di dunia sains Salah satu pemenang The First Step to Nobel Prize in Chemistry yang diikuti oleh puluhan negara di dunia adalah dari Indonesia
Spoiler for Rudolf Surya Bonay:
Dalam penelitiannya yang dilakukan selama 2,5 bulan tentang biokimia itu, Surya mengangkat tema 'Menemukan Potensi Fototoksin Klorophyl sebagai Larvasida dan Antimikroba Alami'. Menurut Surya, tema tersebut dilatarbelakangi kondisi daerahnya (Papua) yang rawan dengan malaria dan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Saya melihat latar belakang Papua yang begitu banyak penyakit infeksi karena bakteri dan malaria, katanya.
Selain itu, semua tahu bahwa klrophyl (zat hijau pada daun) memiliki fungsi yang menyehatkan. Apalagi ada penemuan sejumlah ahli bahwa klorophyl bisa menyembuhkan kanker jika diinjeksi ke tubuh manusia, hanya saja, temuan ahli itu menurut dia akumulasinya di dalam sel kanker terlalu lama. Saya berangkat dari situ, ujarnya.
Ia melihat klorophyl bisa berfungsi sebagai antimikroba dan larvasida yang mana hal ini sangat baik untuk pencegahan malaria serta infeksi bakteri lainnya. Menurut ilmuwan muda ini, klorophyl strukturnya unik ekornya (fitil) bersifat hydrofobik suka lemak, sementara porpili/bagian klorophyl yang besar lebih suka air. Sehingga fitil bisa mengikat lemak, sementara hidrofobik mengeluarkan kotoran/racun keluar tubuh.
Hasil penelitiannya itu ternyata berhasil dan positif dan tentu saja sangat berguna bagi dunia kesehatan manusia, sehingga tak heran jika akhirnya hasil penelitiannya itu dipilih sebagai pemenang.
Meski disebut sebagai pemenang, toh Surya terlihat biasa saja walaupun ia mengaku bangga dengan hasil kerjanya. Saya bangga karena bisa berbuat untuk bangsa dan daerah. Saya senang ini berkat dari Tuhan, katanya.


Sungguh hal yang membanggakan dan mengharukan di balik kondisi Papua yang rentan akan konflik......para pemuda-pemudi berbakat ini dengan lantang mengumandangkan harum nama bangsa Indonesia di kancah Internasional......MERDEKA INDONESIAKU

Artikel Terkait :

0 Comments

No comments yet. Be the first to leave a comment !
Leave a Comment

Next Post Previous Post
© 2010 Trik Sulap | English Text | Narrative Text | Recount | Spoof Story Author Bos Sulap