Mempelajari ruh berarti mempelajari pengetahuan yang sedikit yang diberi Allah. Ruh yang dibahas dalam buku ini adalah ruh yang telah terpisah dari badan.
Demikian dikemukakan DR Musthafa Umar dalam Bedah Buku ‘’Roh’’ karya Ibnu Qoyyim Al-Jauzi di Masjid Agung Annur Pekanbaru, Senin (21/12) malam. Bedah buku ini berlangsung hingga Rabu (23/12) malam.
Ibnu Qoyyim merupakan ulama besar dan merupakan murid Ibnu Taimiyah. Lahir di Damaskus 691 H dan wafat 751 H. Selama 60 tahun hidupnya ia menghasilkan 40 buku. Belajar tentang Islam di Damaskus, Mesir dan Palestina. ‘’Imam Ibnu Qoyyim dikenal sangat hati-hati dalam menulis. Ia menulis sesuatu mesti berdasarkan dalil yang kuat,’’ ujar doktor tafsir dari Universitas Malaya Malaysia itu.
Musthafa menjelaskan, orang yang meninggal, ruhnya ditarik oleh malaikat lalu diangkat menuju Allah, kecuali ruh orang yang memiliki hutang sehingga hutangnya dilunasi oleh ahli waris. Setelah itu Allah memerintahkan malaikat untuk membawa ruh itu kembali ke jasad si mayit.
‘’Namun ruh tidak lagi menjalin hubungan dengan jasad. Jadi, ruh si mayat mengetahui siapa yang melayat, siapa yang memandikan dan menguburkannya. Bahkan setelah dikubur, ruh pun tahu apa yang terjadi di rumah, apa yang dilakukan ahli warisnya. Ruh itu mengetahui perbuatan orang-orang hidup,’’ jelasnya.
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir itu mengemukakan pengetahuan ruh itu tidak hanya sebatas pengetahuan, tapi nanti ia akan mempertanyakan apa yang diketahuinya dari orang-orang hidup itu di akhirat nanti. ‘’Maka, bagi orang hidup hati-hatilah dalam bersikap. Terutama bagi ahli waris. Ruh-ruh orang meninggal itu tahu apa yang kita lakukan,’’ tambahnya.
Bedah buku kerja sama Yayasan Tafaqquh dan Badan Pengelola Masjid Agung Annur itu juga menghadirkan pembicara pakar fiqh dan syariah Syamsuddin Muir MA. Turut hadir di antara ratusan peserta bedah buku itu Bupati Siak Arwin AS dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Riau Feisal Qomar Karim.
Syamsuddin Muir sepakat dengan Imam Ibnu Qoyyim bahwa amalan yang dihadiahkan oleh orang yang hidup akan sampai kepada orang yang sudah meninggal. ‘’Mayoritas ulama berpendapat seperti itu. Maka rajin-rajinlah menghadiahkan amal untuk orang-orang yang telah meninggal, ruh-ruh itu akan senang. Apa susahnya untuk baca Quran, bersedekah dan lainnya,’’ ujar alumni Syariah Al-Azhar Mesir itu.
Syamsuddin mengemukakan buku ‘’Roh’’ ini banyak dijadikan rujukan penulis lain. Kelebihan buku ini sangat mudah dipahami. Format buku dibuat tanya jawab dan jawaban sangat jelas dan dilengkapi dalil-dalil argumentatif.
Pada malam berikutnya (Selasa, 22/12) buku ini dibedah melalui perspektif aqidah dan tasawuf oleh Abdus Somad Lc, MA.
Ia membahas bagian akhir buku ini yang memuat perkara-perkara yang membuat ruh terhalang dari mendapat pengetahuan dari Allah. ‘’Setelah mengkaji buku ini, kita mesti instropeksi diri. Sibuk memikirkan aib diri sendiri dan menyucikan diri (tazkiatunnufus),’’ ungkap dosen UIN Suska ini.
Buku ‘’Roh’’ ini telah diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa. Di Indonesia buku ini diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar.
Demikian dikemukakan DR Musthafa Umar dalam Bedah Buku ‘’Roh’’ karya Ibnu Qoyyim Al-Jauzi di Masjid Agung Annur Pekanbaru, Senin (21/12) malam. Bedah buku ini berlangsung hingga Rabu (23/12) malam.
Ibnu Qoyyim merupakan ulama besar dan merupakan murid Ibnu Taimiyah. Lahir di Damaskus 691 H dan wafat 751 H. Selama 60 tahun hidupnya ia menghasilkan 40 buku. Belajar tentang Islam di Damaskus, Mesir dan Palestina. ‘’Imam Ibnu Qoyyim dikenal sangat hati-hati dalam menulis. Ia menulis sesuatu mesti berdasarkan dalil yang kuat,’’ ujar doktor tafsir dari Universitas Malaya Malaysia itu.
Musthafa menjelaskan, orang yang meninggal, ruhnya ditarik oleh malaikat lalu diangkat menuju Allah, kecuali ruh orang yang memiliki hutang sehingga hutangnya dilunasi oleh ahli waris. Setelah itu Allah memerintahkan malaikat untuk membawa ruh itu kembali ke jasad si mayit.
‘’Namun ruh tidak lagi menjalin hubungan dengan jasad. Jadi, ruh si mayat mengetahui siapa yang melayat, siapa yang memandikan dan menguburkannya. Bahkan setelah dikubur, ruh pun tahu apa yang terjadi di rumah, apa yang dilakukan ahli warisnya. Ruh itu mengetahui perbuatan orang-orang hidup,’’ jelasnya.
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir itu mengemukakan pengetahuan ruh itu tidak hanya sebatas pengetahuan, tapi nanti ia akan mempertanyakan apa yang diketahuinya dari orang-orang hidup itu di akhirat nanti. ‘’Maka, bagi orang hidup hati-hatilah dalam bersikap. Terutama bagi ahli waris. Ruh-ruh orang meninggal itu tahu apa yang kita lakukan,’’ tambahnya.
Bedah buku kerja sama Yayasan Tafaqquh dan Badan Pengelola Masjid Agung Annur itu juga menghadirkan pembicara pakar fiqh dan syariah Syamsuddin Muir MA. Turut hadir di antara ratusan peserta bedah buku itu Bupati Siak Arwin AS dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Riau Feisal Qomar Karim.
Syamsuddin Muir sepakat dengan Imam Ibnu Qoyyim bahwa amalan yang dihadiahkan oleh orang yang hidup akan sampai kepada orang yang sudah meninggal. ‘’Mayoritas ulama berpendapat seperti itu. Maka rajin-rajinlah menghadiahkan amal untuk orang-orang yang telah meninggal, ruh-ruh itu akan senang. Apa susahnya untuk baca Quran, bersedekah dan lainnya,’’ ujar alumni Syariah Al-Azhar Mesir itu.
Syamsuddin mengemukakan buku ‘’Roh’’ ini banyak dijadikan rujukan penulis lain. Kelebihan buku ini sangat mudah dipahami. Format buku dibuat tanya jawab dan jawaban sangat jelas dan dilengkapi dalil-dalil argumentatif.
Pada malam berikutnya (Selasa, 22/12) buku ini dibedah melalui perspektif aqidah dan tasawuf oleh Abdus Somad Lc, MA.
Ia membahas bagian akhir buku ini yang memuat perkara-perkara yang membuat ruh terhalang dari mendapat pengetahuan dari Allah. ‘’Setelah mengkaji buku ini, kita mesti instropeksi diri. Sibuk memikirkan aib diri sendiri dan menyucikan diri (tazkiatunnufus),’’ ungkap dosen UIN Suska ini.
Buku ‘’Roh’’ ini telah diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa. Di Indonesia buku ini diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar.
Artikel Terkait :