Beberapa hari yang lalu, secara mengejutkan saya menerima suatu pesan yang cukup mengejutkan. Entah apa maksudnya, yang pasti message ini pasti mempunyai arti yang tersirat. Mulanya saya pun tidak begitu peduli, akan tetapi setelah 4-5 kali dapat message yang sama. Barulah di saat senggang, saya baca satu demi satu. Makin membaca, saya semakin tertarik untuk menuliskan kasus ini di KoKi. Kasus ini pun bermula dari dunia maya yaitu Facebook. Situs yang banyak diminati oleh rakyat Indonesia. Konon, Indonesia meraih ranking ke-2 untuk pengikut ( pengakses ) Facebook terbanyak di dunia.
KoKiers, gara-gara menuliskan curahan hati ( curhat ) di status Facebook, Ibnu Rachal Farhansyah menjadi DPO ( Daftar Pencarian Orang ) yang dicari oleh pihak Kepolisian Bali. Ironis sekali bukan? Apakah kesalahan Ibnu Rachal Farhansyah sehingga memicu kemarahan masyarakat Bali?
Inilah kronologisnya :
Pada saat hari raya Nyepi ( selasa, 16 Maret 2010 ) yang mana dirayakan oleh kalangan umat Hindu dengan khusuk, tiba-tiba di hari yang sama Ibnu Rachal Farhansyah ( saat itu info di Facebook tertulis tinggal di Pulau Bali ) menulis status yang bikin heboh seluruh umat Hindu di Bali. Ibnu menuliskan " nyepi sepi sehari kaya tai ". Akibat tulisan tersebut, banyak teman -teman di akun Facebook marah besar.
Seandainya Ibnu hanya menuliskan " nyepi sepi sehari ", tanpa ada embel-embel 2 kata di belakangnya yaitu " kaya tai " mungkin tidaklah seheboh itu tanggapan masyarakat Bali. Bahkan tetua masyarakat Bali dan Koalisi Rakyat Bali ( KRB ) pun ikut urun rembug mengenai tulisan Ibnu di status Facebook tersebut. Tak ketinggalan, 10 organisasi Hindu yang merupakan gabungan dari anak muda peduli Hindu pun menanggapi status Facebook Ibnu. Luar biasa memang tulisan Ibnu sungguh memicu kemarahan banyak pihak warga Hindu.
Memang kata " tai " ini berkonotasi negatif, yang bila di terjemahkan berarti " kotoran produk manusia ataupun binatang" bukan?. Sungguh ironis, nasi sudah jadi bubur, tulisan yang sungguh memicu kemarahan banyak umat Hindu. Memang tidak seharusnya menuliskan kata-kata yang mengandung SARA bukan?
Entah bagaimana, tulisan di status Facebook ini tersebar di berbagai forum di dunia maya. Akibat tulisan di status Facebook yang menghina hari raya Nyepi inilah, muncul grup di Facebook yang judulnya " Usir Ibnu Rachal Farhansyah dari Bali ", bahkan anggotanya pun tidak tanggung-tanggung.
Dalam beberapa hari terdaftar 39.942 anggota ( per tanggal 20 Maret 2010 ), luarbiasa solidaritas umat Hindu di Pulau Dewata. Padahal grup ini terbentuk hanya dalam kurun waktu beberapa hari saja. Jumlah anggota kasus usir Ibnu Rachal Farhansyah ini melebihi jumlah anggota saat kasus Sony Corp vs Sony AK yang mencapai sekitar 17.424 anggota.
Silakan click,
http://www.Facebook.com/group.php?gid=10150149723255243
Tanggapan dari anggota grup ini pun rata-rata mengecam tulisan status Facebook Ibnu, bahkan kadang caci maki kasar berhamburan saking emosinya. Saya perhatikan cukup banyak anggota grup yang menggunakan bahasa bali sehingga saya pun tidak paham artinya. Disamping grup Usir Ibnu Rachal Farhansyah masih ada 2-3 grup lain yang intinya sama. Jumlahnya sedikit, tidaklah sebanyak grup usir Ibnu Rachal Farhansyah yang mencapai 39.942 anggota.
Muncul pula tandingan grup " Usir Ibnu Rachal Farhansyah dari Bali ". Grup inipun berjudul " Maafkan Ibnu Rachal Farhansyah " yang tentu saja anggotanya ( sekitar 2.621 anggota ) tidaklah sebanyak grup usir Ibnu Rachal Farhansyah dari Bali yang mencapai 39.942 anggota.
Kasus Ibnu ini pun terus menggulir bak bola panas, hingga akhirnya kasus penghinaan terhadap agama Hindu dilaporkan ke pihak Kepolisian Bali. Akibatnya Ibnu masuk ke daftar DPO yang hingga kini sedang dicari keberadaannya untuk dimintai pertanggungjawabannya. Sekali lagi, ini sungguh ironis sekali.
Berdasarkan penelusuran pada wall / dinding Facebook milik Ibnu Rachal Farhansyah ( 30 tahun ), tulisan di status ini sebenarnya bukan ditujukan ke umat Hindu akan tetapi untuk menyindir orang yang membuat Ibnu kesal. Menurutnya, saat itu Ibnu kesal karena diomeli bos, berantem dengan saudara, plus tidak punya uang. Jadilah hanya di Facebook saja yang bisa digunakan untuk curhat ( curahan hati ).
Ibnu pun baru sekitar 1 tahun tinggal di Pulau Dewata, besar kemungkinan Ibnu belum mampu beradaptasi dengan lingkungan di Pulau Bali yang dalam hal tertentu memang berbeda dengan kota Jakarta, kota kelahirannya. Begitulah akhirnya Facebook menjadi tempat curhat yang setia, hingga puncaknya Ibnu menuliskan kata-kata pelampiasan kekesalan yang berujung dilaporkan ke pihak Kepolisian Bali.
Tak di sangka tak dinyana, akibat tulisan di status Facebook " nyepi sehari serasa kaya tai " menimbulkan gelombang kemarahan masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu. Jadilah saat ini Ibnu di buru kepolisian Bali, yang entah ada dimana keberadaannya. Ada kemungkinan masih di Bali akan tetapi ada kemungkinan pula telah melarikan diri ke Jakarta ( kota asalnya ). Sungguh runyam benar urusan Ibnu Rachal Farhansyah. Dia menjadi orang yang paling dicari oleh warga Bali hanya gara-gara tulisan di status Facebook.
Tidak tanggung-tanggung Ibnu pun meroket menjadi "artis" dadakan di Facebook. Bahkan TV One dan Bali TV pun menyiarkan berita mengenai kasus Ibnu Rachal Farhansyah. Dan nampaknya memang kasus Ibnu menjadi kasus yang serius karena umat Hindu di Bali sudah terlanjur marah dan kecewa dengan penghinaan yang tertulis di status Facebook tersebut.
Walaupun Ibnu Rachal Farhansyah telah 10 kali menuliskan permintaan maaf di Facebook miliknya, akan tetapi rasa sakit hati umat Bali sepertinya memang sulit terhapuskan. Apa boleh buat, masalah Ibnu pun sudah dilaporkan ke pihak Kepolisian Bali. Nasi sudah jadi bubur, Ibnu Rachal Farhansyah tetap harus mem- pertanggung- jawabkan tulisan di status Facebook. Entah bagaimana saat ini nasib Ibnu Rachal Farhansyah yang jadi buronan polisi. Semoga kasus Ibnu terselesaikan dengan baik. Sungguh pelajaran yang sangat mahal buat Ibnu Rachal Farhansyah.
KoKiers, dari kasus Ibnu Rachal Farhansyah inilah kita bisa memetik hikmah. Mulutmu, harimau-mu. Berhati-hatilah saat menulis status di Facebook, janganlah SARA. Kalau tidak bisa-bisa kita menjadi Ibnu kedua yang dilaporkan ke pihak kepolisian dengan tuduhan penghinaan dan pencemaran nama baik bukan?
Satu hal yang saya cermati, sepertinya memang Facebook sangat diminati banyak orang Indonesia. Bahkan saat ini sedang booming bikin berbagai macam grup di Facebook untuk mendukung atau menolak, seperti kasus Sony, kasus Ibnu, kasus bank century dan lain sebagainya. Memang beda negara beda kebiasaan juga. Masyarakat Indonesia memang lebih terbuka, mudah menuliskan data pribadi, gampang curhat di Facebook, hal mana yang justru dapat memicu masalah seperti halnya kasus Ibnu Rachal Farhansyah.
Berbeda dengan Jepang, Facebook tidak diminati masyarakat Jepang karena sikap masyarakatnya yang cenderung tertutup, tidak mudah untuk mengumbar hal - hal pribadi ataupun curhat dan terlalu sibuk kerja. Masyarakat Jepang sangat menjaga privacy sehingga Facebook memang tidak menarik minat masyarakat Jepang.
Akhir kata, saya hanya berpesan, " Waspada dan hati-hatilah saat menulis status di Facebook terutama bagi maniak Facebook ". Begitu pula buat pengirim pesan yang berulang kali, terimakasih banyak buat informasinya yang menginspirasi artikel ini.
Semoga kasus Ibnu Rachal Farhansyah bisa menjadi pesan bagi kita semua untuk selalu menjaga mulut, toleransi terhadap agama apapun. Agama manapun di dunia ini, tidak ada yang mengajarkan kita untuk menghina agama lain bukan? Hidup memang harus toleransi. Semoga kasus Ibnu bisa terselesaikan dengan damai. Bagaimanapun Ibnu pun telah mendapat pelajaran yang sangat berharga untuk kelancangan tulisan di status Facebook bukan?