Virus SARS Lebih Bahaya dari Flu Babi


Flu babi (H1N1) memang lebih banyak menelan korban jiwa dibanding penyakit sindrom pernafasan akut parah atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Namun dari sisi keganasan dan kemudahan penyebarannya, SARS lebih berbahaya dari flu babi. Kemunculan SARS memang sebentar, namun penyakit SARS tidak bisa dianggap sepele. Kasus infeksi SARS pertama kali ditemukan di Provinsi Guangdong, China pada November 2002. Pada Februari 2003 virus telah menyebar secara global sehingga dalam kurun waktu 3-4 bulan sudah menginfeksi 8.096 orang dan menewaskan 774 jiwa. Sementara itu hingga Desember 2009, World Health Organisation (WHO) mencatat total kasus kematian akibat flu babi sebanyak 11.749 jiwa. Meski jumlah kematian akibat flu babi lebih banyak daripada penyakit SARS, namun ilmuwan sepakat virus SARS lebih berbahaya. Pakar biomedik, Dr Andi Yasmon, SPi, M.Biomed mengatakan banyak ilmuwan yang berspekulasi virus ini akan muncul lagi dalam bentuk yang berbeda karena kemudahannya melakukan mutasi dan jumping hospes (perpindahan inang) antar spesies. "Kita tinggal tunggu waktunya saja karena menurut teori virologi, virus yang masuk kategori zoonist (bisa berpindah dari hewan ke manusia) akan terus bermutasi dan akan muncul lagi walaupun sudah pernah dimusnahkan. Akan selalu ada emerging virus," jelas Dr Andi di sela-sela acara sidang disertasinya yang digelar di FKUI Salemba, Jakarta, Selasa (29/12/2009). SARS disebabkan oleh virus baru yang merupakan anggota Coronavirus dan gejalanya tidak banyak berbeda dengan flu burung atau babi, yaitu demam tinggi, sulit bernafas tapi disertai dengan batuk kering dan gejala pneumonia (radang paru-paru). "Tapi virus ini lebih berbahaya, bahkan dari flu babi. Itu karena virus ini gampang terbawa udara dan bisa bertahan lama sekitar 2-3 minggu dalam tubuh dan bisa menular pada manusia," kata Andi yang baru mendapat gelar doktor di bidang ilmu biomedik di Universias Indonesia. Berbeda dengan manusia yang tingkat mutasinya sangat rendah, makhluk hidup yang bernama virus justru memiliki kemampuan mutasi yang sangat tinggi. "Proses sintesis DNA pada virus tidak punya program perbaikan jika terjadi kesalahan sintesis, jadi kalau salah ya sudah tidak bisa diapa-apakan lagi dan muncullah virus baru. Bayangkan kalau sistem DNA manusia sama seperti virus, bisa-bisa tangan ada di kepala dan kepala ada di kaki. Jadi beruntunglah menjadi manusia," ujar Andi.

Artikel Terkait :

0 Comments

No comments yet. Be the first to leave a comment !
Leave a Comment

Next Post Previous Post
© 2010 Trik Sulap | English Text | Narrative Text | Recount | Spoof Story Author Bos Sulap